1. Masa
Pemerintahan Bpk. Petrus Patty
Pada akhir tahun 1948, orang-orang Allang Asaude mulai
membangun pemerintahan Hena atau Negerinya di bawah pemerintahan Bapak Petrus
Patty. Perkampungan transmigrasi dibagi
menjadi 8 Which (sejenis RT) dan setiap Which dipimpin oleh seorang ketua.
Karena tidak ada kerjasama yang baik antara masyarakat transmigran dan pimpinan
pertanian (Opesteelapon), akhirnya Bapak Pelapelapon meninggalkan transmigrasi.
Bapak Petrus memimpin masyarakat Allang Asaude dari tahun 1949 – 1957 dengan
dibantu oleh saudara-saudaranya: Bapak Melkisoa Patty, Bapak Otis Sabandar,
Bapak Ambe Patty, Bapak Dominggus Patty, dan Bapak Pieter Sohilait. Pada masa
pemerintahannya, Negeri Allang asaude aman dan tenteram. Namun, ada pula
beberapa orang anggota transmigran yang pada
akhirnya meninggalkan Negeri Allang Asaude dengan alasan: pekerjaan yang
terlalu berat; kesehatan terganggu karena terdapat nyamuk-nyamuk malaria; dan
keinginan untuk memperoleh hasil cengkeh dan pala yang berlimpah di Negeri
Allang. Sementara dalam upaya untuk pembangunan negeri, Bapak Petrus lalu
menginstruksikan kepada seluruh masyarakat untuk gotong royong membangun
jalan-jalan dan ia berusaha untuk menyediakan bahan-bahan bangunan gereja. Pada
tahun 1949, Pendeta M. Ayal ditunjuk oleh Sinode Gereja Protestan Maluku (GPM)
untuk melayani kehidupan Kekristenan jemaat Allang Asaude. Disamping itu, ada
pihak-pihak lain yang berusaha merebut jabatan Bapak Petrus sehingga masyarakat
Allang Asaude terbelah menjadi blok-blok yang mengakibatkan terjadinya
perselisihan antar blok. Akhirnya, Bapak Petrus pun meletakkan jabatannya tanpa
melapor ke KPS (camat) di Piru, dan pemerintahan selanjutnya dipegang oleh
Bapak Adrian Ralahalu.
2. Masa
Pemerintahan Bpk. Adrian Ralahalu
Bapak Adrian Ralahalu melanjutkan pemerintahan Bapak Petrus
Patty sejak tahun 1957 – 1996. Pada masa kepemimpinannya, perpecahan dan
kesalah pahaman masih terus berlangsug. Pada tahun 1967, beberapa anggota TNI
datang untuk mengambil dan menguasai perkebunan kelapa yang merupakan pemberian
pemerintah kepada masyarakat transmigran Allang Asaude sejak tahun 1947.
Menyikapi hal ini, pemerintah mengadakan rapat dan ditunjuklah tiga orang untuk
berurusan ke kecamatan di Piru dan dilanjutkan ke Masohi untuk mengambil alih
perkebunan kelapa tersebut. Mereka bertiga yang ditunjuk ialah: Bapak Adrian
Ralahalu (kepala kampung), Bapak Enos Pelasula, dan Bapak Nock N. Patty.
Sementara itu, masalah ini sudah berlanjut sampai ke pusat (Jakarta) sehingga
masyarakat tetap menunggu keputusan yang akan diambil dengan keyakinan bahwa
Tuhan telah menempatkan mereka disini maka Tuhan juga akan tetap menyertai.
3. Masa
Pemerintahan Bpk. Hofni A. Ralahalu
Setelah Bapak Adrian Ralahalu wafat, kepemimpinan beliau
digantikan oleh anaknya, Bapak Hofni A. Ralahalu mulai tahun 1995 – 2002.
Pembangunan terus berlanjut sampai masa kepemimpinannya mulai memasuki
masa-masa sulit sejak tahun 1999, tepatnya saat terjadi tragedi kemanusiaan
atau kerusuhan di Maluku. Kondisi sosial ekonomi mulai berubah sejak kerusuhan
melanda Kota Ambon pada tanggal 19 Januari 1999, yang menyebar sampai ke desa
Allang di Ambon termasuk juga desa Allang Asaude dan Hato Allang di Seram. Desa
Allang Asaude sendiri pernah mengalami 4 kali kerusuhan oleh orang-orang yang
tidak menginginkan keberadaan desa Allang Asaude, yaitu:
- Kerusuhan Pertama pada tanggal 3 Desember 1999
- Kerusuhan Kedua pada tanggal 3 Agustus 2000
- Kerusuhan Ketiga pada tanggal 11 Februari 2001
- Kerusuhan Keempat pada tanggal 2 Agustus 2001
Peristiwa kerusuhan yang terjadi kemudian mendapat
pengawalan dan pengamanan dari para anggota TNI-AD satuan yang posnya
ditempatkan di desa Allang Asaude. Penempatan pos TNI-AD di desa Allang Asaude
ini menjadi awal penjagaan oleh aparat keamanan (TNI-AD) yang terus mengalami
pergantian tugas penjaagaan dan satuan sejak masa kerusuhan sampai sekarang. Peristiwa
kerusuhan yang pernah terjadi telah menewaskan beberapa orang warga Allang
Asaude dan juga warga-warga kampung sekitar tak terkecuali anggota aparat
keamanan yang bertugas di desa Allang Asaude saat itu. Ada pula beberapa warga
yang luka-luka. Sementara itu, peristiwa penyerangan mendadak tanggal 3 Mei
20002 akhirnya menewaskan Bapak Hofni A. Ralahalu. Peristiwa memilukan ini
terjadi di daerah perbatasan antara Hanunu dengan Allang Asaude pada saat
beliau dan beberapa orang warga Allang Asaude serta aparat keamanan dalam
perjalanan pulang dari Piru dengan menggunakan sebuah mobil truk. Di TKP, para
perusuh yang sebelumnya telah merusak jembatan kemudian melepaskan tembakan
bertubi-tubi ke arah sasaran mereka yaitu Bapak Hofni Ralahalu sang kepala pemerintahan
desa hingga beliau tewas seketika di tempat. Warga desa yang pada saat itu ada
bersama beliau berhasil selamat setelah lari menyelamatkan diri masing-masing.
Setelah peristiwa itu, tidak terdengar isu-isu penyerangan atau kerusuhan lagi.
Akibat rentetan peristiwa kerusuhan yang terjadi, masyarakat Allang Asaude
mengalami kerugian yang besar. Rumah-rumah dan harta benda hangus terbakar,
sebagian dicuri oleh para perusuh. Tak hanya itu, fasilitas umum yang telah ada
pun ikut terbakar. Diantaranya gedung gereja, sekolah, koperasi, dan balai
pertemuan (balai desa). Masyarakat baru dapat berbenah dan bangkit dari
keterpurukan setelah kerusuhan selesai.
4. Masa
Pemerintahan Baru Sampai Sekarang
Setelah masa kerusuhan berlalu, Kepala Wilayah Kecamatan Huamual
Belakang mengadakan pertemuan antara Pemerintah dan LKMD/LMD desa Allang Asaude
untuk membangun kembali desa Allang Asaude yang telah hancur porak-poranda dan
sekaligus mencari calon kepala desa sementara dalam kurun waktu 6 bulan sampai
1 tahun. Hingga akhirnya yang menjabat sebagai kepala desa sementara adalah
Bapak J. J. Ralahalu dari tahun 2002 – 2007. Beliau sendiri adalah kakak dari
Bapak Hofni A. Ralahalu. Disamping itu, bantuan pemerintah mulai berdatangan
kepada masyarakat dan korban kerusuhan berupa rumah-rumah dan peralatan rumah
tangga, serta bahan makanan dan obat-obatan. Seiring dengan berjalannya waktu,
masyarakat Allang Asaude dengan serentak mulai bangkit dari keterpurukan dan
trauma untuk menata kembali kehidupan keluarga dan negerinya. Hingga kemudian
pada tahun 2008, diadakanlah pemilihan kepala desa definitif dengan 2 calon
kepala desa, yaitu Bapak J. J. Ralahalu dan Bapak Corneles Huwae. Dan yang
terpilih untuk meneruskan tongkat kepemipinan Negeri Allang Asaude adalah Bapak
Corneles Huwae hingga masa jabatannya selesai. Selanjutnya pada tahun 2015,
Bapak Julius Nahuway STTP menjabat sebagai kepala desa sementara sampai
diadakan pemilihan kepala desa selanjutnya.
sumber : http://allangasaude.blogspot.co.id/2016/08/perjalanan-sejarah-negeri-allang-asaude_6.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar